Salah satu kegunaan subnetting adalah untuk mempermudah mengelola jaringan. Untuk memahami subnetting kita perlu tahu tentang ip address dan cara konversi bilangan.
Network Mask
Network Mask / Subnet Mask membantu kita untuk mengetahui bagian mana dari ip address yang mengidentifikasikan network dan bagian mana dari ip address yang mengidentifikasikan host.
Pada daftar dibawah ini, Class IP address beserta dengan default mask -
nya
----------------------------------------------------------------------------------
Class Format Default Subnet Mask
----------------------------------------------------------------------------------
A network.host.host.host 255.0.0.0
B network.network.host.host 255.255.0.0
C network.network.network.host 255.255.255.0
----------------------------------------------------------------------------------
Sebuah ip address Class C -yang belum di subnet - di tampilkan sebagai 192.168.0.1 / 255.255.255.0. Untuk melihat bagaimana network mask membantu kita mengidentifikasikan ip address, kita ubah menjadi bentuk binari
192.168.0.1 = 11000000.10101000.00000000.00000001
255.255.255.0 = 11111111.11111111.11111111.00000000
---------------------------------------------------
network id | host id
Setiap alamat bit yang memiliki bit mask yang sesuai dengan nilai mask 1 mewakili ID jaringan. Setiap alamat bit yang memiliki bit mask sesuai dengan nilai mask 0 mewakili ID host / node.
CIDR
CIDR atau Classless Inter Domain Routing adalah suatu metode untuk mengalokasikan ip address. Diperkenalkan pada tahun 1993 oleh IETF (The Internet Engineering Task Force).
Dalam CIDR, ip address diwakili dengan oleh prefix. Jadi network 172.16.0.0 dengan subnet mask 255.255.0.0 di tulis dalam bentuk 172.16.0.0 /16. Simbol slash (/) berarti banyaknya bit yang nilainya di set 1. Dalam contoh diatas (/16) , ada 16 bit yang nilainya 1.
Karena IPv4 hanya terdiri dari 4 byte, maka sangat jelas /32 adalah nilai maksimum-nya. Ingat bahwa jumlah terbesar subnet mask yang tersedia hanyalah /30, karena 2 bit digunakan untuk bit host.
Tabel CIDR
----------------------------------------------------------------------------------
Subnet Mask CIDR
----------------------------------------------------------------------------------
255.0.0.0 /8
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
---------------------------------------------------------------------------------
Network mask /8 sampai /15 hanya dapat di gunakan oleh Class A, network mask /16 sampai /23 hanya dapat digunakan oleh Class A dan Class B, sedangkan network mask /24 sampai /30 dapat digunakan oleh Class A, B dan Class C. Untuk mendapatkan fleksibilitas yang sebesar- besarnya, banyak network admin menggunakan network Class A.
Semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat pada lima hal:
1. Berapa banyak subnet yang bisa kita bentuk dari mask yang diberikan ?
2. Berapa banyak host tersedia per subnet ?
3. Apa saja subnet yang valid ?
4. Apa saja broadcast address dari tiap subnet ?
5. Apa saja host yang valid dari tiap subnet ?
Untuk menjawab lima pertanyaan diatas, kita harus paham benar tentang pangkat 2 yang dijelaskan disini. Beginilah cara menjawab lima pertanyaan diatas :
- Berapa banyak subnet yang bisa kita bentuk dari mask yang diberikan? Jawab : 2^x = jumlah subnet. X adalah jumlah bit host yang nilainya di set 1. Contohnya : 11100000 . Ada 3 bit yang bernilai 1, sehingga jumlah subnet adalah 2^3 = 8 subenet.
- Berapa banyak host tersedia untuk tiap subnet ? Jawab : (2^y) - 2 = jumlah host untuk tiap subnet. Y adalah jumlah bit host yang nilainya di set 0. Contohnya : 11100000 . Ada 5 bit yang bernilai 0, sehingga jumlah subnet adalah (2^5) - 2 = 30 host untuk tiap subnet.
- Apa saja Subnet yang valid ? Jawab : 256 - subnet mask = block size atau subnet yang valid. Sebagai contoh jika kita mempunyai network mask 255.255.255.192, maka subnet yang valid adalah : 256 - 192 = 64. Blok size dari mask 192 selalu 64. Hitung dari nol hingga mencapai nilai network mask , itulah subnet yang valid. Dalam kasus ini 0,64,128,192 adalah subnet kita yang valid.
- Apa saja broadcast address dari tiap subnet ? Langsung saja mengunakan contoh no 3 diatas. Karena 0,64.128.192 adalah subnet kita yang valid broadcast address-nya selalu nomor sebelum subnet berikutnya. Untuk subnet 0 broadcast address-nya adalah 63 karena subnet berikutnya dimulai dengan 64. Untuk network 64 broadcast address-nya adalah 127 karena subnet berikutnya network 128, begitu seterusnya hingga mencapai subnet terakhir. dan ingatlah, Broadcast address dari subnet terakhir selalu 255.
- Apa saja host yang valid dari tiap subnet? Host yang valid ditentukan nomor diantara subnet dan broadcast address-nya. sebagai contoh jika 64 adalah subnet dengan broadcast address-nya 127 , maka host yang valid antara 65 - 126.
Subnetting Class C
Hanya terdapat 8 bit yang host. Dari 8 bit yang tersedia hanya 6 bit yang dapat digunakan untuk subnetting, 2 bit sisanya (/31 dan /32) digunakan untuk host address.
Contoh - contoh subnetting IP address Class C
1. Ip adress 192.168.10.0 / 25
Network address = 192.168.10.0
Subnet Mask = /25 = 255.255.255.128
a. Banyaknya subnet ?
255.255.255.128 dalam bentuk binari 11111111.11111111.11111111.10000000. Karena 128 ( 10000000) hanya mempunyai 1 bit yang bernilai 1, maka banyaknya subnet 2^1 = 2 subnet.
b. Jumlah host per subnet?
Terdapat 7 bit yang bernilai 0, sehingga (2^7) - 2 = 126 host per subnet.
c. Subnet yang valid ?
Network mask yang kita punyai adalah 128, sehingga subnet yang valid 256 - 128 = 128. Ingat kita akan menghitung dari 0, maka subnet kita adalah 0 dan 128.
d. Broadcast address-nya ?
Untuk subnet 0 broadcast address-nya adalah 127, untuk subnet 128 broadcast address-nya adalah 255. (lihat tabel dibawah)
e. Valid host?
Host yang valid untuk subnet 0 adalah 1 - 126, dan host yang valid untuk subnet 128 adalah 129 - 254. Kita dapat membuatnya dalam bentuk tabel seperti dibawah ini .
---------------------------------------------------------------------
Subnet 0 128
Host pertama 192.168.10.1 192.168.10.129
Host terakhir 192.168.10.126 192.168.10.254
Broadcast 127 255
----------------------------------------------------------------------
2. Ip address 192.168.1.0 /26
Network address = 192.168.1.0
Subnet Mask = /26 =255.255.255.192
a. Subnet ?
192 dalam bentuk binari = 11000000, ada 2 bit yang bernilai 1, maka 2^2 = 4 subnet
b. Host per subnet ?
192 dalam bentuk binari = 11000000, ada 6 bit yang bernilai 0 , maka (2^6) - 2 = 62 host tiap subnet.
c. Valid subnet ?
256 -192 = 64 block size. Ingat kita mulai dari 0 dan menghitung sesuai dengan block size, sehingga subnet yang valid adalah 0, 64, 128 dan 192.
d. Broadcast address tiap subnet ?
e. Valid host ?
Untuk menjawab dua pertanyaan terakhir, kita buat dalam bentuk tabel.
------------------------------------------------------------
Subnet 0 64 128 192
Host pertama 1 65 129 193
Host terakhir 62 126 190 254
Broadcast 63 127 191 255
-----------------------------------------------------------
Untuk netork mask yang lainnya (/27 sampai /30) pengerjaannya sama persis.
Subnetting Class B
Pada Ip address Class B terdapat 16 bit host. Yang dapat digunakan untuk subnetting 14 bit, dengan alasan yang sama seperti diatas ( 2 bit untuk host address). Proses subnetting pada Class B hampir sama seperti proses subnetting pada Class C, hanya kita bekerja dengan bit yang lebih banyak, dan dimulai dari oktet ke tiga.
Contoh subnetting Class B
1. 172.16.0.0 /17
Networl address = 172.16.0.0
Subnet Mask = /17 = 255.255.128.0
a. Subnet ?
128 dalam binari = 10000000. Sehingga 1 bit yang bernilai 1 sehingga 2^1 = 2 subnet.
b. Host per subnet ?
Karena kita mulai subnetting dari oktet ke tiga, maka ada 15 bit yang bernilai 0, 7 bit pada oktet ke tiga dan 8 bit pada oktet ke empat. Maka (2^15) -2 = 32.766 host per subnet yang tersedia.
c. Subnet yang valid ? 256 - 128 = 128 block size. Pada Class B subnetting dimulai dari oktet ke tiga sehingga subnet kita sebenarnya adalah 0.0 dan 128.0
d. Broadcast ?
e. Valid host?
Untuk menjawab 2 pertanyaan terakhir (d dan e) lihat tabel berikut :
------------------------------------------------------------
Subnet 0.0 128.0
Host pertama 0.1 128.1
Host terakhir 127.254 255.254
Broadcast 127.255 255.255
------------------------------------------------------------
2. 172.16.0.0 /24
Network address = 172.16.0.0
Subnet Mask = /24 = 255.255.255.0
a. Subnet ?
255.255.255.0 = 11111111.11111111.11111111.00000000, sehingga 2^8 = 256
b. Host per subnet ?
( 2^8) - 2 = 254 host per subnet
c. Subnet yang valid ?
256 - 255 = 1 block size. subnet dimulai dari 0.0, 1.0, 2.0 dst sampai 255.0
d. Broadcast ?
e. Valid host ?
Berikut tabel yang menjawab 2 pertanyaan terakhir (d dan e ), untuk ip address 172.16.0.0 /24
-------------------------------------------------------------------------------------
Subnet 0.0 1.0 2.0 ... 254.0 255.0
Host pertama 0.1 1.1 2.1 ... 254.1 255.1
Host terakhir 0.254 1.254 2.254 ... 254.254 255.254
Broadcast 0.255 1.255 2.255 ... 254.255 255.255
-------------------------------------------------------------------------------------
Subnetting Class A
Pada dasarnya subnetting untuk Class A IP address tidak berbeda dengan Class B dan Class C. tapi ada 24 bit yang digunakan, tidak seperti 16 bit pada Class B atau 8 bit pada Class C. Yang harus diingat, kita harus menyisakan 2 bit untuk host.
Contoh subnetting Class A
1. 10.0.0.0 /16
Network address = 10.0.0.0
Subnet mask = /16 = 11111111.11111111.00000000.00000000
a. Subnet ? 2^8 = 256
b. Host per subnet = (2^16) - 2 = 65.534
c. Subnet yang valid ? 256 - 255 = 1 block size. Dimulai dar 0,1,2,3 dst sampai 255.
Jadi subnet nya akan menjadi 10.0.0.0, 10.1.0.0, 10.2.0.0 dst sampai 10.255.0.0
d. Broadcast ?
e. Valid host?
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Subnet 10.0.0.0 10.1.0.0 ... 10.254.0.0 10.255.0.0
host 1 10.0.0.1 10.1.0.1 ... 10.254.0.1 10.255.0.1
host last 10.0.255.254 10.1.255.254 ... 10.254.255.254 10.255.255.254
Broadcast 10.0.255.255 10.1.255.255 ... 10.254.255.255 10.255.255.255
---------------------------------------------------------------------------------------------------